Coulibaly Djibril: Penyerang dengan Teknik Komplet
Pertandingan antara PSPS Kampar vs Barito Putra, Sabtu (27/4) lalu seolah-olah menjadi ajang pembuktian penyerang Barito asal Mali, Coulibaly Djibril. Bagaimana tidak, di laga itu dia bisa mencetak empat gol dan memberi kemenangan 5-2. Inilah gol terbanyak dalam satu pertandingan yang berhasil dicetak oleh Barito Putra sejauh ini di Liga Super Indonesia 2013.
Dalam pertandingan, Coul - nama panggilannya - membuktikan dia lihai dalam mengobrak-abrik pertahanan lawan. Gol pertamanya didahului dengan mengecoh tiga bek PSPS sebelum menghujam gawang Fance Hariyanto dengan tendangan kaki kanan terukur. Gol ketiga dan keempatnya semakin menunjukkan kepandaiannya menggiring bola dan mengelabui pemain lawan.
Tendangannya keras dan punya akurasi yang cukup baik. Data @labbola menunjukkan dalam pertandingan tersebut, Coul berhasil melakukan delapan kali percobaan tendangan ke arah lawan. Empat diantaranya tepat sasaran dan kesemuanya menghasilkan gol.
Predator di kotak penalti ini juga piawai memanfaatkan umpan rekannya terutama bola silang. Satu golnya ke gawang PSPS juga hasil dari umpan silang bola mendatar. Umpan silang yang disukainya bukan umpan lambung yang bisa diselesaikan dengan kepala tetapi umpan setengah badan atau yang biasa disebut dengan float crossing (Agi Ramadhani, Baritomania).
Meskipun lebih menyukai bola mendatar atau setengah badan, bukan berarti Coul tidak bisa memanfaatkan bola atas. Tingginya memang hanya sekitar 170 cm, tetapi lompatannya cukup tinggi untuk membantunya memenangi duel di udara. Dari tiga kali percobaan duel bola atas, ketiga-tiganya berhasil dia menangi (@labbola). Walaupun tidak ada satu pun golnya yang melalui sundulan kepala sore itu, kemampuannya memenangi duel membuat Barito bisa memperoleh bola.
Dengan kemampuannya yang komplet ini, penyerang yang lahir pada 8 November 1986 di Bamako, Mali, ini layak diakui sebagai salah satu penyerang papan atas Indonesia seperti Sergio Van Dijk, Boaz Solossa, Beto Goncalves maupun Cristian Gonzales. Kini, Coul sudah mengoleksi 12 gol dari 15 penampilannya bersama Barito Putra. Dia hanya kalah tiga gol dari pemuncak daftar pencetak gol terbanyak sementara LSI, Boaz Solossa yang mengemas 15 gol (hingga Jumat 10 Mei 2013).
Sebelum bermain di Indonesia, Coulibaly bermain untuk Jeanne d’Arc, musim 2011/2012 yang finis di peringkat 11 dari 16 peserta. Dia juga pernah bermain untuk Real Bamako (2001-2006), Al Ahli (2006-2007), dan Fakel Chervegrad (2009-2011). Bersama Al Ahli, Coulibaly memenangi Saudi Crown Prince Cup 2006/2007 dan Saudi Federation Cup 2006/2007.
Coulibaly pernah membela tim nasional Mali U-17 pada tahun 2002 dan U-19 pada tahun 2004. Tetapi, belum sekali pun Coulibaly memperoleh caps di timnas senior.
Meski demikian, Coul — yang tenang dan mampu menguasai keadaan — bukan tanpa cela selama membela Barito Putra. Dia pernah gagal melaksanakan penalti saat menghadapi Persepam Madura United. Tetapi, kepercayaan dirinya tidak hilang. Pemain yang dikenal rajin beribadah ini nampaknya memang menyukai bermain di Barito, selain karena sudah kompak dengan rekan setim dan dimanjakan oleh umpan apik dari Amirul Mukminin dan Dedi Hartono, semangat para Bartman (Barito Mania, suporter Barito Putra) membuatnya betah berlama-lama di Banjarmasin.
Barito Putra dan Bartman patut bersuka cita memiliki Coulibaly ini. Selain bisa diandalkan dari segi teknik, dia juga tipe pemain yang santun. Sepanjang musim ini baru sekali menerima kartu kuning. Jelas ini bagus untuk Barito Putra yang membutuhkannya dalam kondisi terbaik di setiap pertandingan.
Berkat kontribusi menawan Coulibaly, Laskar Antasari (julukan Barito Putra) ini sementara bertengger di peringkat 6 klasemen sementara LSI dengan 25 poin hasil dari 7 kali menang, empat imbang, dan sisanya kalah (total 17 pertandingan) dengan total mencetak 26 gol.
Jika Coulibaly bisa terus mempertahankan performanya, Barito Putra bisa jadi salah satu penantang kuat kandidat juara LSI musim ini, Persipura dan Arema.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar